Sunday, December 29, 2013
Taqlid Di Sisi Syeikh Hurr Al Amili Di Dalam Kitabnya, Fusul Al Muhimma
Sunday, December 1, 2013
Buku: Selamat Datang Wahai Penyeru Kepada Allah Dan Pemegang Panji Hidayah
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ
اللهم صل على محمد وآله الأئمة والمهديين وسلم تسليما كثيراً
Buku: Riwayat Dalam Riwayat Kehidupan Imam Ahmad a.s
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ
اللهم صل على محمد وآله الأئمة والمهديين وسلم تسليما كثيراً
Buku ini menceritakan tentang pengalaman para sahabat-sahabat awal utusan Imam Muhammad al Mahdi a.s, Sayed Ahmad al Hassan a.s, seperti Syeikh Nazim Al Uqaili, dari mulut mereka sendiri, tentang bagaimana mereka bertemu kebenaran, dan bagaimana kehidupan mereka bersama Sayed Ahmad a.s.
Jangan terlepas membacanya, sila klik di sini.
Wednesday, November 27, 2013
Ketuanan Allah Bhg. 4: Pelindung Umat Dari Kesesatan.
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ
اللهم صل على محمد وآله الأئمة والمهديين وسلم تسليما كثيراً
“Rasulullah SAW berhenti di suatu tempat di antara Mekkah dan Madinah di dekat pohon-pohon yang teduh dan orang-orang membersihkan tanah di bawah pohon-pohon tersebut. Kemudian Rasulullah SAW mendirikan shalat, setelah itu Beliau SAW berbicara kepada orang-orang. Beliau memuji dan mengagungkan Allah SWT, memberikan nasehat dan mengingatkan kami. Kemudian Beliau SAW berkata” Wahai manusia, Aku tinggalkan kepadamu dua hal atau perkara, yang apabila kamu mengikuti dan berpegang teguh pada keduanya maka kamu tidak akan tersesat yaitu Kitab Allah (Al Quranul Karim) dan Ahlul BaitKu, ItrahKu. Kemudian Beliau SAW berkata tiga kali “Bukankah Aku ini lebih berhak terhadap kaum muslimin dibanding diri mereka sendiri.. Orang-orang menjawab “Ya”. Kemudian Rasulullah SAW berkata” Barangsiapa yang menganggap aku sebagai maulanya, maka Ali adalah juga maulanya."
“Rasulullah SAW ketika dalam perjalanan kembali dari haji wada berhenti di Ghadir Khum dan memerintahkan untuk membersihkan tanah di bawah pohon-pohon. Kemudian Beliau SAW bersabda” Ku rasa seakan-akan aku segera akan dipanggil (Allah), dan segera pula memenuhi panggilan itu, Maka sesungguhnya aku meninggalkan kepadamu Ats Tsaqalain(dua peninggalan yang berat). Yang satu lebih besar (lebih agung) dari yang kedua : Yaitu kitab Allah dan Itrahku. Jagalah Baik-baik dan berhati-hatilah dalam perlakuanmu tehadap kedua peninggalanKu itu, sebab Keduanya takkan berpisah sehingga berkumpul kembali denganKu di Al Haudh. Kemudian Beliau SAW berkata lagi: “Sesungguhnya Allah Azza Wa Jalla adalah maulaku, dan aku adalah maula setiap Mu’min. Lalu Beliau SAW mengangkat tangan Ali Bin Abi Thalib sambil bersabda : Barangsiapa yang menganggap aku sebagai maulanya, maka dia ini (Ali bin Abi Thalib) adalah juga maula baginya. Ya Allah, cintailah siapa yang mencintainya, dan musuhilah siapa yang memusuhinya“
- Nabi meninggalkan kepada kita dua peninggalan yang berat, iaitu Al Quran dan Itrat Ahlulbait a.s
- Nabi menyebutkan keduanya tidak akan terpisah antara satu sama lain, yakni mereka wujud dalam kesatuan.
- Nabi juga menyebutkan bahawa kita tidak akan tersesat selagi berpegang kepada keduanya.
Dari Zaid bin Tsabit RA yang berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda “Sesungguhnya Aku telah meninggalkan di tengah-tengah kalian dua Khalifah yaitu Kitab Allah yang merupakan Tali yang terbentang antara bumi dan langit, serta KeturunanKu Ahlul BaitKu. Keduanya tidak akan berpisah sampai menemuiKu di Telaga Surga Al Haudh.
“Sesungguhnya perumpamaan Ahlulbait disisi kamu laksana bahtera Nuh. Barangsiapa yang menaikinya akan selamat dan siapa yang meninggalkannya akan binasa.”
“Ali bersama Al-Qur’an dan Al-Qur’an bersama Ali, keduanya tak akan terpisahkan sehingga keduanya kembali kepadaku di telaga surga.” Al-Hakim mengatakan: Hadis ini shahih.
“Wahai manusia, sebentar lagi aku akan meninggalkan kalian, aku akan menyampaikan pada kalian perkataan yang berat bagi kalian: Ingatlah, aku tinggalkan pada kalian kitab Tuhanku Azza wa Jalla dan keturunanku Ahlul baitku.” Kemudian Nabi saw memegang tangan Ali (sa) dan mengangkatnya lalu bersabda: “Ini Ali bersama Al-Qur’an dan Al-Qur’an bersama Ali, keduanya tidak akan pernah terpisahkan sehingga keduanya kembali kepadaku di telaga surga. Maka hendaknya kalian bertanya kepada keduannya tentang apa saja sepeninggalku.”
Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin ‘Abbad Al Makkiy yang berkata telah menceritakan kepada kami Abu Sa’id dari Shadaqah bin Rabi’ dari Umaraah bin Ghaziyyah dari ‘Abdurrahman bin Abi Sa’id dari ayahnya yang berkata “kami berada di sisi Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersama sekelompok sahabat Muhajirin dan Anshar, kemudian Beliau datang kepada kami dan berkata “maukah aku kabarkan yang terbaik diantara kalian?. Mereka berkata “tentu”. Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam berkata “yang terbaik diantara kalian adalah orang yang memberi maaf dan orang yang berbuat kebaikan, sesungguhnya Allah mencintai orang yang menyembunyikan ketakwaannya”. [Abu Sa’id] berkata “kemudian lewatlah Ali bin Abi Thalib”
[Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam] berkata “kebenaran bersama orang ini, kebenaran bersama orang ini”
Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda kepada Ali “engkau bersama kebenaran dan kebenaran bersama engkau dimanapun engkau berada”
Dari Ibnu Abbas, Rasul s.a.w.a bersabda: Bintang-bintang adalah penyelamat bagi makhluk bumi dari kesesatan. Dan Ahlulbaitku adalah penyelamat untuk umatku dari perselisihan. Apabila kaum-kaum telah berselisih, maka mereka berpecah menjadi pengikut iblis.
- Al Quran dan Ahlulbait tidak akan berpisah sehinggalah di al Haudh
- Oleh kerana mereka tidak terpisah, maka Ahlulbait sentiasa berada dalam kebenaran, kerana Al Quran itu kebenaran.
- Maka merujuki kebenaran akan menjaga kita dari kesesatan.
- Ahlulbait a.s adalah pelindung umat dari kesesatan, dan ini disebutkan dengan pelbagai perumpamaan dari Ahadis Nabi.
- Ini secara langsung selari dengan tema wasiat yang mahu ditulis Nabi s.a.w.a, dan hadis wasiat baginda.
Monday, November 11, 2013
Tafsir Petikan Doa Arafah Oleh Imam Hussain
APAKAH MAKNA KATA-KATA IMAM HUSSEIN (AS) DI DALAM DOA ARAFAH: TUHANKU KELUARKANLAH AKU DARIPADA KEHINAAN DIRIKU DAN SUCIKANLAH AKU DARIPADA PERASAAN SYAK DAN KESYIRIKANKU?
Jawapan:
Syirik itu berbagai jenis, antaranya:
1. Syirik Zahir (yang nyata): ia terbahagi kepada beberapa jenis, antaranya: Syirik yang terang-terangan di dalam akidah seperti menyembah patung dan berhala, serta menyembah ulama sesat yang tidak beramal (dengan ilmunya), mereka adalah berhala-berhala yang mempunyai lidah. Sebagaimana disebutkan di dalam al-Quran yang mulia (1), daripada Rasulullah (sawas) dan daripada para Aimmah (ahms) yang mencela orang-orang Yahudi, yang mentaati ulama mereka dalam memaksiati Allah, lantas menyembah mereka dengan perbuatan tersebut (2).
2. Syirik Khafi (tersembunyi): antaranya adalah riya’ dengan segala jenisnya. Ia bukan tawajjuh kepada makhluk semata-mata di dalam menunaikan hajat-hajat mereka, tanpa tawajjuh kepada Allah SWT sebagai Maha Menunaikan hajat (yang memberi kepada orang yang meminta kepadaNya dan juga orang yang tidak meminta kepadaNya sebagai belas kasihan dan rahmat daripadaNya). Tawajjuh kepada makhluk tanpa Allah SWT ini adalah KUFUR kepada Allah. Malangnya inilah situasi yang berleluasa di kalangan umat manusia hari ini. Ia adalah tawajjuh kepada manusia beserta dengan tawajjuh kepada Allah dalam menunaikan hajat-hajat, inilah SYIRIK yang tersembunyi. Firman Allah Taala:
Dan (orang-orang yang beriman kepada Allah), kebanyakan mereka tidak beriman kepada Allah melainkan mereka mempersekutukanNya juga dengan yang lain. (Yusuf: 106)
Hakikatnya, setiap hamba itu hendaklah bertawajjuh kepada Allah SWT dalam segenap hajatnya dan menganggap hamba-hamba yang menunaikan hajat itu semata-mata wasilah (jalan) serta alat di tangan Allah, yang menggerakkannya sebagaimana yang dikehendakiNya dan kemana jua yang dikehendakiNya untuk menunaikan hajatnya itu. Oleh itu, tawajjuh kepada Allah tidak memudharatkannya untuk bergaul dengan makhluk.
3. Syirik Nafsi (diri): Ia adalah jenis syirik yang paling tersembunyi iaitu keakuan (ana) yang manusia tidak dapat lari daripadanya. Ia adalah kegelapan dan ketiadaan yang tiada cacat celanya (sempurna), di mana tanpanya yang wujud hanyalah Allah SWT. Oleh itu, setiap hamba Allah adalah mempersekutukan Allah berdasarkan makna ini. Imam Hussein (as) memaksudkan syirik daripada makna ini dan perasaan syak yang mengiringinya. Imam Hussein (as) menuntut pembukaan yang nyata (fathul Mubin) dan penghapusan ketiadaan dan kegelapan yang tiada cacat celanya daripada lembaran kewujudannya, di mana tanpanya yang wujud hanyalah Allah Yang Maha Esa lagi Maha Pemaksa SWT.
Seterusnya, Imam Hussein (as) seolah-olah berkata: (Tuhanku, tiada seorang pun yang layak wujud melainkan Engkau. Kewujudanku adalah satu dosa besar yang tiada jalan untuk mengampunkannya melainkan kebinasaanku (fana’) dan kekekalan (baqa’) Engkau yang Maha Suci).
Inilah syak dan syirik dengan paksaan dan bukannya dengan perbuatan, atau dengan kata lainnya wujud dengan asal-usulnya dan bukannya wujud dengan perbuatan. Bermaksud wujud perbuatan menerima, tetapi ianya tidak terlaksana secara perbuatan atau tidak wujud secara luaran. Terdapat titik hitam di dalam fitrah kemanusiaan itu sendiri, yang mana ia adalah ketiadaan dan kegelapan yang tiada cacat celanya. Titik hitam ini adalah tempat letaknya hidung syaitan, yang ditiupkan perasaan was-was menerusinya kepada anak keturunan Adam (3).
Imam Ahmad Al Hassan Al Yamani (as)
Kitab al-Mutasyabihat, jilid satu, ms 20-21, soalan 27.
____________________________________________
Nota kaki:
(1) Firman Allah Taala: (Mereka menjadikan orang-orang alimnya, dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan selain Allah…) At-Tawbah: 31.
(2) Daripada Abu Bashir, daripada Abi Abdillah (as), dia berkata: aku bertanya kepadanya: “Mereka menjadikan orang-orang alimnya, dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan selain Allah”? Lalu Imam menjawab: “Demi Allah, mereka tidak mengajak manusia untuk menyembah diri mereka, tetapi menghalalkan yang haram dan mengharamkan yang halal buat mereka, lantas (manusia) menyembah mereka secara tidak mereka sedari.” Al Kafi, jilid 1, ms 70, hadis 1 dan begitu juga hadis 3.
(3) Telah bersabda Nabi (sawas): Sesungguhnya syaitan itu melekap di hati anak keturunan Adam, ia memiliki hidung seperti hidung anjing. Ia tertutup apabila seseorang hamba itu mengingati Allah Azza wa Jalla. Buhar al-Anwar, jilid 76, ms 49
PETIKAN KHUTBAH MUHARAM 1432 HIJRAH: Apa Yang Telah Hussain a.s Bentangkan Di Karbala?
Imam Ahmad Al Hassan Al Yamani (as), wasi dan utusan Imam Mahdi Muhammad bin Al Hassan Al Askariy (as) kepada seluruh umat manusia.
Apakah yang telah Hussein (as) bentangkan di Karbala bagi membuktikan bahawa dirinya adalah khalifah Allah SWT di muka bumiNya. Wahai manusia, sudahkah kalian bertanya diri sendiri soalan ini sebelum kalian mengikut ulama sesat secara membuta tuli tanpa sebarang penilaian atau berfikir? Apa yang telah Hussein (as) bentangkan di Karbala? Beliau telah membentangkan wasiat Muhammad (sawas), yang disebutkan nama bapanya Ali (as), saudaranya Hassan (as), dirinya dan anak-anaknya (as). Beliau mempamerkan keilmuwannya dan pengetahuannya, serta membentangkan panji ketuanan Allah SWT yang dibawanya berseorangan dalam membangkang panji-panji ketuanan manusia, iaitu panji yang dibawa oleh barisan lawan yang menentang datuknya, ayahnya dan saudaranya (as) sebelum itu.
Apa lagi yang telah Hussein (as) bentangkan? Beliau membentangkan visi (rukyah) keluarganya yang suci, sahabat-sahabat dan ayat-ayat (kasyaf) mereka. Beliau (as) membentangkan visi Wahab an-Nasrani yang melihat Isa (as) menggesa beliau untuk mengikuti dan membantu Hussein (as). Beliau menyampaikan wahyu kasyaf Al-Horr ar-Riyahi yang mendengar suara menjanjikan kepadanya syurga ketikamana dia berangkat Kufah.
Wahai manusia, apakah yang telah kami bawakan kepada kalian hari ini? Adakah kami membawakan kepada kalian bidaah (doktrin yang dicipta) yang tidak dibawa oleh Anbiya, Awsiya, Muhammad Utusan Allah (sawas), Ali (as), Hassan (as), Hussein (as) atau Imam dari keturunan Al-Hussein (as)?
Katakanlah lagi: Bukanlah aku seorang Rasul pembawa agama yang berlainan dari agama yang dibawa oleh Rasul-rasul (yang telah lalu)... (Surah al-Ahqaf: 9)
Atau adakah kami membawa apa yang mereka bawa? Kami telah datang kepada kalian dengan membawa keterangan-keterangan mereka, bukti-bukti yang terang benderang seperti matahari buat sesiapa jua yang mencari pengetahuan tentang kebenaran. Adakah wasiat Nabi Muhammad (sawas) yang merupakan khazanah terpelihara Muhammad dan keturunannya (as) kepada pemilik Kebenaran iaitu Al-Yamani dan Qaim (Pendiri) Keluarga Muhammad (sawas) tidak mencukupi? Apakah pengetahuan atau kebijaksanaan tidak mencukupi? Apakah keseorangannya dalam menaikkan panji ketuanan Allah di kalangan penduduk bumi ini tidak mencukupi? Bukankan keseorangannya itu adalah satu tanda yang terang benderang seperti matahari daripada Allah swt? Setelah ulama-ulama sesat mengiktiraf panji ketuanan manusia dan meninggalkan panji ketuanan Allah. Tidak ada satu pun yang tinggal untuk menegakkan panji ketuanan Allah selain daripada pemilik Kebenaran. Keperibadian Ini membuang segala keraguan atau syak wasangka daripada pencari kebenaran kerana bumi ini tidak pernah kosong dari kebenaran dan kebenaran itu terletak pada ketuanan Allah.
Adakah kami hari ini tidak membentangkan apa yang telah Hussein (as) bentangkan di Karbala daripada visi (rukyah) dan ayat-ayat (kasyaf) sebagai bukti dalam mengenalpasti pemilik Kebenaran? Apakah berulangnya visi (rukyah) beribu-ribu orang dari negara-negara yang berbeza yang menunjukkan Nabi, Awsiya, Muhammad dan keturunannya (as) yang menggesa orang ramai untuk membantu pemilik Kebenaran iaitu Al-Yamani dan Al-Qaim Ahlul Bait (as), tidak mencukupi? Apakah berulangnya visi yang dilihat oleh lelaki dan wanita yang beriman kepada Allah dan hari kiamat tidak mencukupi?
Wahai manusia, logikkah kalian menyerahkan kepimpinan ke atas kehodohan syaitan seolah-olah apabila mereka memperolok-olok dan memperkecilkan rukyah serta kasyaf, lalu memanggilnya sebagai mimpi karut? Maka kalian mengikuti mereka tanpa memberi perhatian kepada fakta bahawa kasyaf dan rukyah adalah kata-kata dan wahyu Allah SWT kepada hamba-hambaNya???
Adakah Hussain a.s Mengetahui Anaknya Akan Dibunuh?
Jawapan:
Dengan Nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang.
Segala pujian bagi Allah, Tuhan sekalian alam. Allah telah berselawat ke atas Muhammad dan Keluarga Muhammad, para Aimmah dan para Mahdiyyin.
Imam Hussein (as) membawa keluar anaknya yang masih menyusu untuk meminta air buat anaknya dan beliau mengetahui bahawa anaknya akan dibunuh. Ketahuilah bahawa bagi kebatilan itu penjelajahan (jaulah)dan bagi kebenaran itu daulah (1), tentera-tentera syaitan (semoga Allah melaknatnya) perlu menyelam ke jurang paling dalam yang penuh kegelapan agar penjelahan itu menjadi sempurna. Mereka perlu mengosongkan bekas (hati) mereka dan mengharungi peperangan melawan tentera Allah.
Ketahuilah bahawa musibah yang menimpa Hussein (as) telah terlalu banyak mengurangkan kezaliman penindas-penindas, yang tidak mampu kamu menanggungnya untuk mencapai keredhaan Allah SWT dan memasukkan kamu ke dalam syurga-syurga yang mengalir sungai-sungai dibawahnya.
Imam Hussein (as) telah menebus darah-darah kamu dengan darahnya yang mulia lagi suci. Menebus wanita-wanita serta kemuliaan kamu dengan sebaik-baik wanita seluruh alam daripada awal hingga akhir selepas ibunya Fatimah (as), iaitu Zainab (as). Menebus anak-anak kamu dengan anaknya yang masih menyusu.
Imam Mahdi (as) dan saya seorang hamba yang fakir lagi miskin, Allah telah menciptakan leher kami lebih dibebani dengan kelebihan Hussein (as). Agama Hussein (as) telah membebani belakangku dan tiada kemampuanku untuk menyempurnakannya melainkan Allah menyempurnakannya buatku.
Ketahuilah bahawa ketika Imam Mahdi (as) berkata buat Hussein (as): (Aku akan menangisi kamu dengan air mata darah sebgai tukar ganti)(2). Beliau (as) mengatakannya berdasarkan hakikat dan bukan untuk melebih-lebih. Ini kerana Hussein (as) telah menebus urusan Imam Mahdi (as) dengan darahnya yang mulia dan dirinya yang suci, lalu menjadikan dirinya sebagai penebus urusan Imam Mahdi (as). Dia adalah sembelihan Allah atau dengan kata lain sepertimana ketika kamu membina sebuah rumah, maka kamu menebus seekor biri-biri buatnya. Begitulah ketikamana Allah SWT membina arasyNya, langit-langitNya dan bumiNya, maka Dia menjadikan Hussein (as) sebagai tebusan.
Urusan Imam Mahdi (as) adalah urusan Allah dan penutup peringatan Ilahi. Ia adalah urusan arasy Allah SWT, kerajaanNya dan pemerintahanNya di muka bumiNya. Allah Taala berfirman: (Dan Kami tebus anaknya itu dengan sembelihan yang agung), iaitu Hussein (as) dan yang ditebus adalah Imam Mahdi (as). Kesejahteraanlah ke atas sembelihan yang sejahtera, kebenaran serta keadilan.
Ketahuilah bahawa Ali Akbar (as) adalah sembelihan Islam sebagaimana Hussein (as) adalah sembelihan Allah. Segala pujian semata-mata buat Allah.
Ahmad Al Hassan.
Kitab al-Mutasyabihat, jilid 4, ms 17, soalan 122.
_________________________________________
Notakaki:
(1) Bihar al-Anwar, jilid 45, ms 4.
(2) Miyal al-Makarim: jilid 1, ms 153. Al-Mazar lil Masyhadani: ms 501, min kalam lil Imam al-Mahdi alaihis salam.
(3) Al-Safaat: 107
Sunday, November 10, 2013
Fiqh Solat Imam Mahdi a.s
Persoalan Tentang Taqlid
KLIK
Ketuanan Allah Bhg.3: Apakah Wasiat Yang Ingin Ditulis Nabi (s)
اللهم صل على محمد وآله الأئمة والمهديين وسلم تسليما كثيراً
Dari Ibnu Abbas yang berkata “Ketika ajal Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam sudah hampir tiba dan di dalam rumah beliau ada beberapa orang diantara mereka adalah Umar bin Khattab. Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda “berikan kepadaku, aku akan menuliskan untuk kalian wasiat, agar kalian tidak sesat setelahnya”. Kemudian Umar berkata “sesungguhnya Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam dikuasai sakitnya dan di sisi kalian ada Al-Qur’an, cukuplah untuk kita Kitabullah” kemudian orang-orang di dalam rumah berselisih pendapat. Sebagian dari mereka berkata, “berikan apa yang dipinta Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam Agar beliau menuliskan bagi kamu sesuatu yang menghindarkan kamu dari kesesatan”. Sebagian lainnya mengatakan sama seperti ucapan Umar. Dan ketika keributan dan pertengkaran makin bertambah di hadapan Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam, Beliau berkata “menyingkirlah kalian” Ubaidillah berkata Ibnu Abbas selalu berkata “musibah yang sebenar-benar musibah adalah penghalangan antara Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam dan penulisan wasiat untuk mereka disebabkan keributan dan perselisihan mereka” [Shahih Muslim no 1637]
Ibnu Abbas RA berkata “hari kamis, tahukah kamu ada apa hari kamis itu?. Ibnu Abbas menangis hingga air matanya mengalir seperti butiran kerikil. Kami berkata “hai Abul Abbas ada apa hari kamis?. Ia menjawab “Hari itu sakit Rasulullah SAW semakin berat, kemudian Beliau SAW bersabda “Berikan kepadaku kertas, aku akan menuliskan sesuatu untuk kalian agar kalian tidak akan tersesat setelahnya selama-lamanya. Kemudian mereka berselisih, padahal tidak sepantasnya terjadi perselisihan di sisi Nabi. Mereka berkata “beliau sedang menggigau, tanyakan kembali tentang ucapan beliau tersebut?. Namun Rasulullah SAW bersabda “Tinggalkanlah aku. Sebab keadaanku lebih baik daripada apa yang kalian ajak”[Shahih Bukhari no 2997]
Apakah perkara yang akan menjauhkan umatnya dari kesesatan?
Wahai Ali sesungguhnya akan ada selepasku duabelas orang Imam dan selepas mereka duabelas orang Mahdi, engkau wahai Ali adalah yang pertama di kalangan duabelas orang Imam tersebut, Allah menamakan engkau di langitnya; Ali Al Murtadha, Amirul Mukminin, Siddiq Al Akbar, Faruq Al A’zham, Al Makmun, dan Al Mahdi, tiada sesiapapun dibenarkan memakai nama-nama ini. Wahai Ali, engkau adalah pemegang wasiatku ke atas Ahlulbaytku ketika mereka masih hidup mahupun setelah mereka mati, dan ke atas isteri-isteriku: barangsiapa yang engkau kekalkannya akan bertemu denganku besok, barangsiapa yang engkau ceraikan maka aku berlepas diri darinya, dan dia takkan dapat melihat aku dan aku tidak melihatnya pada hari kiamat. Engkau adalah khalifah ku ke atas umatku selepas aku, apabila maut menghampirimu, maka hendaklah diserahkannya (khilafah) kepada anakku Al Hassan Al Birr Al Wusul. Dan apabila maut menghampirinya, maka hendaklah diserahkannya kepada anakku Al Hussain yang syahid lagi cerdik dan dibunuh. Dan apabila maut menghampirinya, maka hendaklah diserahkannya kepada anaknya penghulu segala abid Ali. Dan apabila maut menghampirinya, maka hendaklah diserahkannya kepada anaknya Muhammad Al Baqir. Dan apabila maut menghampirinya, maka hendaklah diserahkan kepada anaknya Ja’afar Al Sadiq. Dan apabila maut menghampirinya, maka hendaklah diserahkannya kepada anaknya Musa Al-Kadhim. Dan apabila maut menghampirinya, maka hendaklah diserahkannya kepada anaknya Ali Al Ridha. Dan apabila maut menghampirinya, maka hendaklah diserahkannya kepada anaknya Muhammad Al Thiqah Al Taqiy. Dan apabila maut menghampirinya, maka hendaklah diserahkannya kepada anaknya Ali Al Nasih. Dan apabila maut menghampirinya, maka hendaklah diserahkannya kepada anaknya Al Hassan Al Fadhil.
Dan apabila maut menghampirinya, maka hendaklah diserahkannya kepada anaknya Muhammad yang terpelihara daripada keluarga Muhammad alaihissalam. Maka itulah dua belas imam, dan akan datang selepasnya dua belas Mahdi. Dan apabila maut menghampirinya, maka hendaklah diserahkan kepada anaknya iaitu Muqarrab yang pertama (sesetengah sumber menyebutkan Mahdi yang pertama). Baginya tiga nama : nama seperti namaku dan nama bapaku, iaitu Abdullah (hamba Allah) dan Ahmad. Dan namanya yang ketiga adalah Al Mahdi, dia adalah yang pertama beriman (dengan zuhur Imam Mahdi a.s).
رسول لله (صلى لله عليه وآله)، فينبغي للمسلم أن يوصي
Diriwayatkan dari Muhammad Bin Muslim yang mendengar dari Imam Abu Jaafar a.s: “Wasiat adalah satu kewajiban, dan Rasulullah s.a.w.a juga meninggalkan wasiat, menjadi kewajiban Muslim untuk melakukan perkara yang sama.” Man La Yadhurruhu Al Faqih, Jilid 4.
Telah bercerita kepada kami Khollad bin Yahya telah bercerita kepada kami Malik, dia adalah putra Mighwal telah bercerita kepada kami Thalhah bin Mushorrif berkata; Aku bertanya kepada ‘Abdullah bin Abi Aufaa radliallahu ‘anhuma: “Apakah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pernah berwasiat?” Dia menjawab: “Tidak”. Kemudian aku tanya lagi: “Lalu bagaimana berwasiat itu diwajibkan kepada manusia atau mereka diperintahkan supaya berwasiat?” Dia menjawab: “Beliau berwasiat dengan Kitab Allah”. Sahih al-Bukhari 2740
Telah bercerita kepada kami ‘Amru bin Zurarah telah mengabarkan kepada kami Isma’il dari Ibnu ‘Aun dari Ibrahim dari Al Aswad berkata: “Orang-orang menyebutkan di hadapan ‘Aisyah bahwa ‘Ali radliallahu ‘anhuma menerima wasiat (kekhalifahan) “. Maka dia bertanya: “Kapan Beliau memberi wasiat itu kepadanya padahal aku adalah orang yang selalu menyandarkan Beliau di dadaku” (saat menjelang wafat Beliau). Atau dia berkata: “berada dalam pangkuanku”, dimana Beliau meminta air dalam wadah (terbuat dari tembaga) hingga Beliau jatuh dalam pangkuanku dan aku tidak sadar kalau Beliau sudah wafat. Jadi kapan Beliau memberi wasiat kepadanya”. Sahih al-Bukhari 2741
Dari Ibnu Abbas ra, dia berkata: Hari Kamis. Apakah hari Kamis itu?? Kemudian Ibnu Abbas menangis sehingga air matanya membasahi kerikil, lalu dia berkata: Rasulullah saw sakit keras pada hari Kamis, lalu beliau bersabda: Bawalah alat tulis kepadaku, aku catatkan buat kalian suatu catatan yang sesudah itu kalian tidak akan tersesat selamanya. Maka mereka bertengkar dan tidaklah seyogya disisi Nabi ada pertengkaran: Mereka berkata: Rasulullah diam. Beliau bersabda: Biarkanlah aku; sesuatu yang sedang aku lakukan (bersiap-siap menghadapi wafat dll) adalah lebih baik daripada apa yang kalian ajakkan kepadaku. Ketika wafat, beliau berwasiat dengan tiga hal, yaitu: Keluarkanlah orang-orang musyrik dari jazirah Arab, berilah hadiah kepada tamu (utusan) sepadan aku (Nabi) memberi hadiah kepada mereka. Dan aku lupa terhadap yang ketiga.” Shahih Bukhari | No. 2911 | KITAB JIHAD DAN PERJALANAN (PERANG)